Enam belas kabupaten / kota di jawa tengah pada tahun ini akan mengadakan pilkada, salah satunya adalah Kebumen yang pada 12 April 2010 akan menghelat pilkada langsung untuk yang kedua kalinya. Berbeda dengan beberapa daerah di luar Jawa atau Jawa Tengah yang akan mengadakan pilkada yang cenderung memanas, Kebumen malah terkesan adem ayem.
Di satu sisi suasana kondusif jelang pilkada ini sangat positif untuk stabilitas pembangunan dan rasa aman bagi masyarakat. Namun di sisi lain tentu menimbulkan kekhawatiran adanya apatisme masyarakat. Masyarakat cuek dan tidak meperdulikan dengan segala proses pemilihan akibat dari terlalu seringnya agenda pemilihan, dari mulai Pemilihan Presiden sampai pada pergantian penguasa di level paling bawah (pilkades). Suasana kondusif yang terkesan di masyarakat Kebumen, ternyata mulai hilang di level elit. Kasak-kusuk pencalonan Bupai-wakil bupati mulai memanas di tingkat elit. Pilkada yang kurang dari 3 bulan lagi memaksa semua calon mulai mencari formulasi strategi yang jitu sehingga dapat diterima masyarakat Kebumen.
Sejauh ini telah muncul empat tokoh yang menyatakan akan maju sebagai calon Bupati Kebumen. Dua tokoh in cumbent dan dua tokoh baru siap bertarung untuk menjadi orang nomor satu di Kebumen. Dari incumbent adalah K.H.Nasirudin AM yang sedang menjabat Bupati dan H.Rustriyanto yang sedang menjabat Wakil Bupati Kebumen. Sementara dua tokoh baru ada dua nama yaitu H.Buyar Winarso, S.H dan Poniman Kasturo pengusaha yang sukses di Jakarta asal Kebumen. Kandidat yang lain sudah menyatakan akan bertarung untuk memperebutkan posisi Wakil Bupati seperti Probo Indartono, M.Si mantan ketua DPRD, Bambang Sucipto M.Pd.I yang kini menjabat kakandepag, Ketua DPD II Golkar Ir.Slamet Marsum dan Dra.Afifah Khoeriyah ketua PC Muslimat NU Kebumen.
Plus-Minus Kandidat Jika melihat latarbelakangnya, di antara kandidat tersebut tokoh incumbent yaitu Nairudin dan Rustriyanto memiliki start yang lebih bagus dibanding kandidat yang lain. Keduanya memiliki kesempatan yang lebih luas untuk mempopulerkan diri di masyarakat, sementara Buyar Winarso dan Poniman baru muncul di masyarakat. Yang menjadi pertanyaan kemudian, apakah semua keunggulan tersebut akan berbanding lurus dengan elektabilitas (tingkat keterpilihan), dan apakah kandidat lain tidak memiliki peluang untuk terpilih menjadi orang nomor satu pada pilkada Kebumen ? Tentu semuanya kembali pada strategi yang diterapkan oleh masing-masing kandidat dalam mempengaruhi masyarakat untuk memilihnya.
Dua kandidat yang notabene pendatang baru yakni Buyar Winarso dan Poniman yang berasal dari kalangan pengusaha tentu memiliki keunggulan dalam hal kesiapan logistik untuk menunjang pencalonan. Perlahan popularitas Poniman juga mulai naik melalui kegiatan Yayasan Poniman Centre yang ia dirikan setahun lalu. Begitu juga dengan seterunya yaitu Buyar Winarso yang popularitasnya naik secara signifikan. Sebagai pendatang baru Buyar Winarso dan Poniman juga menjadi keunggulan tersendiri bagi keduanya. Tokoh baru dipandang sebagai sosok yang akan membawa perubahan, kultur masyarakat kita sering memberikan kesempatan kepada tokoh yang baru muncul untuk berkuasa dibanding kepada tokoh yang telah lama.
Jadi, tidak ada jaminan Nasirudin dan Rustriyahto sebagai incumbent akan menang dalam pilkada Kebumen mengingat waktu yang masih cukup dbagi kandidat lain untuk meningkatkan popularitas dan elektabilitasnya. Banyak pengalaman dalam pilkada yang sudah dilaksanakan di daerah lain, kandidat yang di awal memiliki popularin dan elektabilitas lebih tinggi dibanding kandidat lainnya justru kalah dengan kandidat yang muncul belakangan. Selain profil sang kandidat dan program yang populis, pasangan kandidat ( cawabup) dan Mesin politik baik partai maupun kelompok social yang digunakan juga menjadi faktor yang mempengaruhi tingkat keterpilihan seorang kandidat. Perilaku pemilih dalam memberikan suaranya sebagian besar dipengaruhi faktor sosio-demografi seperti agama dan kelas social. Selain itu factor usia pemilih, dan gender juga menjadi prefensi bagi pemilih.
Pemenangnya adalah kandidat yang memiliki pemetaan (mapping) atas kekuatan sendiri dan kekuatan lawan. Dari mapping yang objektif akan menghasilkan beberapa data dan fakta yang dapat digunakan untuk menggerakan semua potensi yang dimiliki untuk mendongkrak popularitas dan elektabilitas kandidat. Objektifitas dalam melakukan pemetaan dan analisis sangat menentukan pada validitas data dan fakta yang dihasilkan. Selain itu kandidat yang mampu tanggap dengan segala situasi akan berpeluang lebih besar untuk memenangi pilkada Kebumen esok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar