Terletak di jalur pantai selatan Jawa Tengah (Jateng) dengan Topografinya yang lengkap berupa dataran rendah dengan panorama pantai yang elok menjadikan Kebumen termasuk kabupaten yang punya potensi wisata cukup baik dan beragam. Potensi alam yang bagus, kekayaan budaya dan masyarakatnya yang heterogen serta kulinernya yang merakyat seperti sate ambal, soto tamanwinangun, lanthing, dan bermacam-macam makanan khas daerah dapat ditemui di daerah yang memiliki slogan Kota Beriman (bersih, indah, manfaat, aman dan nyaman) tersebut.
Potensi wisata yang beragam mulai dari kekayaan alam pantai, gua, bukit dan pegunungan maupun potensi seni budaya dan peninggalan sejarah tentunya menjadi daya tarik bagi para pelancong wistawan domestic maupun luar negeri. Sehingga pada ahirnya kehidupan pariwisata di kebumen juga mulai bergeliat. Secara mudah geliat wisata di Kebumen dapat dikategorikan wisata musiman dan mapan. Wisata mapan telah mempunyai pengunjung tetap setiap saat. Sedangkan wisata musiman dicirikan pada sifat keramaian hanya pada saat tertentu saja, terutama pada musim lebaran. Pada muasim lebaran terjadi peningkatan pengunjung di seluruh objek wisata sejak H+1 sampai H+11 lebaran.
Berbagai pemandangan khas bisa dinikmati selama masa lebaran. Pada H+1 dan H+2 biasanya orang akan ramai berbondong-bondong menuju pantai brencong yg terletak di desa Setrojenar. Kemudian pada H+3 sampai H+10 titik keramaian akan berpindah ke pantai Logending dan pantai petanahan. Untuk selanjutnya giliran pantai RaWa Mirit yang biasanya dibanjiri pengunjung pada H+11, maklum disana biasanya ada tradisi Grebeg Rawa. Rasanya belum lengkap jika para pelancong tidak singgah ke Gua Petruk, Gua Jatijajar yang sejuk dan eksotik. Maka selama musim lebaran dua wisata alam itu juga kebanjiran pengunjung.
Membanjirnya pelancong di Kebumen tentu memberi dampak ekonomi bagi masyarakat setempat. Meningkatnya ekonomi masyarakat juga akan berdampak positif bagi pendapatan asli daerah dan kestabilan keamanan. Kreativitas masyarakat untuk membuat kerajinan khas ikut ber-kembang pula. Mereka jeli menangkap peluang pasar untuk menambah income sehari-hari. Ironis memang ketika potensi besar itu belum mampu mencapai target Pendapatan Asli Daerah. Padahal jika di optimalkan bukan hal yang mustahil jika dalam musim lebaran saja sector wisata dapat memberi income milyaran rupiah ke daerah.
Sesuatu yang realistis, apalagi Industri pariwisata mempunyai pengaruh yang cukup kuat bagi perkembangan wilayah di daerah sekitar obyek wisata, sehinggga dapat bertindak sebagai leading industries. Konsep leading industries mendasarkan pemikiran bahwa pada pusat-pusat pertumbuhan terdapat suatu kegiatan dan kegiatan tersebut merupakan daya tarik yang berupa obyek wisata yang menarik dan padat pengunjung yang terletak pada lokasi yang strategis. Jika wisata maksimal maka sector lainya akan tergerakan, dan artinya peluang kerja semakin terbuka dan pada ahirnya kesejahteraan rakyat juga akan meningkat.
Namun apalah artinya punya aset wisata yang banyak dan menarik, jika tidak dikelola secara profesional, kekayaan alam tersebut tidak akan berarti apa-apa, kecuali sekadar tempat wisata yang mengantungan pada tradisi budaya yang lambat laun juga memudar. Karena itu, jika ingin mengembalikan kejayaan dunia pariwisata di Kebumen, mau tak mau pemerintah daerah (pemkab) harus berani mengambil kebijakan strategis. Dan tidak ada salahnya jika menggandeng atau menyerahkan pengelolaan tempat wisata pada pihak swasta (swastanisasi), Jika ternyata pemkab tidak mampu mengelola sendiri.